Jumat, 13 Januari 2012

PENGEMBANGNA KURIKULUM

Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti : politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.
Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum. Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok : (1) prinsip – prinsip umum : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas; (2) prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian. Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
1. Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis).
2. Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.
3. Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.
4. Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.
5. Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.

A. PENGERTIAN KURIKULUM

Secara Umum kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang di ajarkan disekolah. Kurikulum juga diartikan sebagai suatu rencana yang sengaja dirancang untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan.
Pengertian kurikulum menurut para pakar pendidikan sebagai berikut :
1. Franklin Bobbt (1918)
Kurikulum adalah susunan pengalaman belajar terarah yang digunakan oleh sekolah untuk membentangkan individual anak didik
2. Hollins Caswell (1935)
Kurikulum adalah susunan pengalaman yang digunakan guru sebagai proses dan prosedur untuk membimbing anak didik menuju kedewasaan
3. Ralph Tyler (1857)
Kurikulum adalah susunan pengalaman belajar yang direncanakan dan diarahkan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan
4. Robert Gagne (1967)
Kurikulum adalah suatu rangkaian unit materi belajar yang disusun sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mempelajarinya berdasarkan kemampuan yang dimilikinya
5. Michael Schiro (1978)
Kurikulum adalah sebagai proses pengembangan anak didik yang diharapkan terjadi dan digunakan dalam perencanaan
Jadi Kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang urutan isi, serta proses pendidikan.

MANUSIA DAN PERADABAN

Hakikat Peradaban
Peradaban atau Civilization adalah Perkembangan kebudayaan yang telah mendapat/mencapai tingkatan tertentu yang diperoleh oleh manusia pendukungnya (Huntington 2001).
Peradaban berasal dari kata Adab yang berarti sopan, berbudi pekerti, luhur, mulia, atau sifat yang tinggi dan mulia. Peradaban juga sering dipakai untuk hasil kebudayaan seperti kesenian, ilmu pengetahuan dan tegnologi, serta pergaulan.
Peradaban akan terus berkembang sesuai dengan zamannya/mengikuti perkembangan zamannya.
Bangsa-bangsa yang telah memiliki peradaban pada masa lampau : Bangsa Sungai Nil (mesir),Lembah sungai Tigris, Lembah Sungai Hoang Ho (Cina).
Selain mengacu pada Ilmu dan Tegnologi peradaban jugamengacu pada suatu kurun waktu dan tempat tertentu.
Bangsa yang beradab adalah bangsa yang terdidik. Akan tetapi bangsa yang berbudaya belum tentu memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.
B. Manusia Sebagai Makhluk Beradab dan Masyarakat Adab.
Kabudayaan merupakan keseluruhan dari hasil budi daya manusia (Cipta, Karsa, Rasa). Sedangkan Peradaban adalah bagian dari kebudayaan yang tinggi, halus, indah, dan maju.
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang beradab sebab dianugrahi harkat, martabat, serta potensi kemanusiaan yang tinggi.
Manusia merupakan makhluk yang beradab sehingga mampu menghasilkan peradaban. Dan manusia sebagai makhluk social kerena mampu menciptakan masyarakat yang beradab.
C. Dinamika dan Problematika Peradaban Global
Arnold Y. Toynbee (Sejarawan Inggris) : Peradaban lahir sebagai respon manusia dengan segenap daya upaya dan akalnya menghadapi, menaklukkan dan mengolah alam sebagai tantangan (challenge) guna mencukupi kebutuhan dan melestarikan kelangsungan hidupnya.
Alvin Toffler (1981) ada 3 gelombang peradaban manusia :
1. Gelombang I, peradaban tegnologi pertanian (revolusi hijau), berlangsung mulai 800 SM – 1500 M.
2. Gelombang II, peradaban tegnologi Industri, berlangsung mulai 1500 – 1970 M.
3. Gelombang III, Peradaban Informasi, berlangsung mulai 1970 M – sekarang.

. Peranan Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial

a. PERANAN MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU
Perbedaan yang ada seperti berbeda keyakinan, lingkungan, ras, suku, dan golongan tidak meniadakan persamaan akan Harkat dan Martabat manusia. Manusia sebagai individu akan berusaha :
1) Menjaga dan mempertahankan Harkat dan Martabatnya.
2) Mengupayakan terpenuhi hak-hak dasarnya sebagai manusia.
3) Merealisasikan segenap potensi diri, baik sisi Jasmani maupun Rohani.
4) Memenuhi kebutuhan dan kepentingan diri demi kesejahteraan hidupnya.
Dalam hidup kemasyarakatan, individu juga bisa menghasilkan fungsi-fungsi negative, misalnya ; unsure pemenuhan kepentingan diri menjadikan orang per orang memiliki sifat Individualistik dan Egois.
b. PERANAN MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL
Manusia sebagai pribadi adalah berhakikat social. Kebutuhan akan orang lain dan interaksi social membentuk kehidupan berkelompok pada manusia. Dan dalam kehidupannya manusia membutuhkan Norma-Norma Sosial sebagai patokan dalam bertingkah laku. Norma-Norma tersebut adalah :
1) Norma Agama atau Religi ; Norma yang bersumber dari Tuhan, yang berisi perintah agar dipatuhi dan menjauhi larangan Nya. Norma Agama ada dalam ajaran-ajaran Agama.
2) Norma Kesusilaan atau Moral ; Norma yang bersumber dari hati nurani manusia untuk mengajak pada kebaikan dan menjauhi keburukan. Yang bertujuan agar manusia berbuat baik secara Moral bukan Amoral (berkelakuan buruk).
3) Norma Kesopanan atau Adat ; Norma yang bersumber dari masyarakat dan berlaku terbatas pada lingkungan masyarakat yang bersangkutan.
4) Norma Hukum ; Norma yang dibuat masyarakat secara resmi (Negara) yang pemberlakuannya dapat dipaksakan, berisi perintah dan larangan. Bersifat tertulis dan mempunyai sangsi yang tegas dan mengikat.

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA

Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Budaya
Makhluk Tuhan didunia ini ada Empat macam : Alam, Tumbuhan, Binatang, dan Manusia. Sifat-sifat yang dimiliki keempat makhluk Tuhan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Alam memiliki sifat wujud.
2. Tumbuhan memiliki sifat wujud dan Hidup.
3. Binatang memiliki sifat Wujud, Hidup, dan dibekali Nafsu.
4. Manusia memiliki sifat Wujud, Hidup, dibekali Nafsu, serta Akal Budi
Akal budi merupakan pemberian sekaligus potensi dalam diri manusia yang tidak dimiliki makhluk lain. Akal merupakan kemampuan berfikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki. Kemampuan berfikir manusia juga digunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
Budi juga berarti akal. Budi berasal dari bahasa Sansekerta ; Budhi, yang artinya akal. Budi menurut kamus bahasa Indonesia adalah bagian dari kata hati yang berupa paduan akal dan perasaan dan yang dapat membedakan baik-buruk sesuatu. Budi dapat pula berarti tabiat, perangai, dan akhlak.
Kepentingan hidup manusia adalah dalam rangka unutk memenuhi kebutuhan hidup. Secara umum kebutuhan hidup manusia dapat dibedakan menjadi Dua ;
1. Kebutuhan yang bersifat kebendaan (sarana-prasarana) atau badani/ragawi atau jasmani/biologis. Ex ; Makan, minum, bernafas, istirahat, dan seterusnya.
2. Kebutuhan yang bersifat Rohani atau mental atau psikologi
Ex ; kasih sayang, pujian, perasaan aman, kebebasan, Cinta, dan sebagainya.
Abraham Maslow seorang ahli psikologi, berpendapat bahwa kebutuhan manusia dalam hidup dibagi menjadi lima tingkatan :
1. Kebutuhan Fisiologis (physiological needs).
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar, primer, dan vital. Kebutuhan ini menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organism manusia, seperti kebutuhan akan makan, pakaian, tempat tinggal, sembuh dari sakit, seks, dan sebagainya.
2. Kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan (safety and security needs).
Kebutuhan ini menyengkut perasaan, seperti bebas dari rasa takut, terkingdung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil, dan sebagainya.
3. Kebutuhan Social (social needs).
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, kerja sama, persahabatan, interaksi, dan sebagainya.
4. Kebutuhan akan Penghargaan (esteem needs).
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan dihargainya kemampuan, kedudukan, jabatan, status, pangkat, dan sebagainya.
5. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri (self actualization).
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan memaksimalkan penggunaan potensi-potensi, kemampuan, bakat, kreativitas, ekspresi diri, prestasi, dan sebagainya.
Menurut Maslow, kebutuhan manusia pertama-tama diawali dari kebutuhan fisiologis atau paling mendesak kemudian secara bertahap beralih kekebutuhan tingkat diatasnya sampai ditingkaatan tertinggi, yaitu kebutuhan aktualisasi diri. Maslow menjelaskan, manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi kalau kebutuhan yang lebih rendah belum terpenuhi. Jadi kebutuhan manusia bertingkat dan membentuk hirarki.
Intinya dengan akal budi manusia mampu menciptakan kebudayaan. Kebudayaan pada initnya adalah hasil akal budi manusia dalam interaksinya, baik dengan alam maupun manusia lainnya. Manusia merupakan makhluk yang berbudaya dan Manusia adalah makhluk pencipta kebudayaan.

Hakikat dan Ruang Lingkup ISBD

Secara garis besar Ilmu dan Pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Ilmu Alamiah (Natural Sciences – IAD)
2. Ilmu Sosial (Social Secience – ISD)
3. Pengetahuan Budaya (The Humanities – IBD)
Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar (ISD) adalah upaya untuk memberikan pengetahuan dasar dan pengetahuan umum tentang konse-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji gejala-gejala social sehingga daya tangkap, persepsi, dan penalaran mahasiswa terhadap lingkungan social meningkat, dengan demikian kepekaan social pun bertambah, serta mahasiswa dapat memperolrh wawasan dan pemikiran yang lebih luas dari setiap tingkah laku manusia dalam menghadapi manusia lainnya.
Ilmu Budaya Dasar (IBD) dalam kelompok ilmu pengetahuan termasuk dalam kelompok pengetahuan budaya dan manusia (the humanities). IBD (basic humanities) mangkaji masalah nilai manusia sebagai makhluk berbudaya, yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran dan kemampuan kritikal terhadap masalah-masalah manusia dan budaya sehingga daya tangkap, persepsi, dan penalaran budaya manusia menjadi halus dan manusiawi. Kongkritnya IBD mengajarkan manusia untuk menjadi lebih manusiawi atau memanusiakan manusia.
ISBD sendiri merupakan ilmu gabungan dari IAD, ISD, dan IBD. Dapat dikemukakan jika kajian ISBD mencakup masalah social dan masalah budaya serta keberadaan manusia sebagai subjek/pelaku bagi masalah-masalah tersebut. Diharapkan manusia dapat meningkatkan wawasannya, kepekaan, serta berempati terhadap masalah maupun pemecahan masalahnya.
B. ISBD Sebagai Alternatif Pemecahan Masalah Sosial Budaya
ISBD memberikan alternative sudut pandang atas pemecahan masalah social budaya di masyarakat. Pendekatan dalam ISBD lebih bersifat Interdisiplin atau Multidisiplin, khususnya ilmu-ilmu social dalam menghadapi masalah social.
Pendekatan dalam ISBD lebih bersifat interdisiplin atau multidisiplin, khususnya ilmu-ilmu sosial dalam menghadapi masalah sosial. Pendekatan dalam ISBD bersumber dari dasar-dasar ilmu sosial dan budaya yang bersifat integrasi. ISBD digunakan untuk mencari pemecahan masalah kemasyarakatan melalui pendekatan interdisipliner atau multidisipliner ilmu-ilmu sosial dan budaya. Sedangkan pendekatan dalam ilmu soaial lebih bersifat subject oriented, artinya berdasarkan sudut pandang dari ilmu sosial tersebut. Misalnya, ilmu Ekonomi melihat suatu masalah melalui perspektif Ekonomi serta pemecahan masalah melalui sudut pandang Ekonomi pula. Sedangkan pendekatan yang mendalam dalam ISBD dibebankan pada ilmu sosial dan budaya yang lebih bersifat toritis, baik menyangkut ruang lingkup, metode dan sistematikanya.
Harus dipahami bahwa manusia tidak terlepas dari gejala-gejala alam dan kehidupan lingkungan. Alam dan manusia akan saling mempengaruhi, namun sebagai subject kehidupan manusia perlu memperlakukan alam secara baik sehingga akan memberikan manfaat bagi kesejehteraan hidupnya. Berdasarkan hal tersebut, beberapa perguruan tinggi memberlakukan ISBD sebagai mata kuliah wajib bagi mahasiswa dari program ilmu alam atau ekstata. Dengan demikian, mahasiswa sebagai calon ilmuwan dan profesional harapan bangsa mampu bertindak secara arif dan bijaksana.

Kepribadian

Defenisi
Banyak para ahli yang memberikan perhatian dan mencurahkan penelitiannya untuk mendeskripsikan penelitiannya mengenai tentang pola tingkah laku yang nantinya merunut juga pada pola tingkah laku manusia sebagai bahan perbandingannya.
Pola-pola tingkah laku bagi semua individu yang tergolong dalam satu ras pun tidak ada yang seragam. Sebab tingkah laku Manusia tidak hanya ditentukan oleh system organic biologinya saja, melainkan juga akal dan pikirannya serta jiwanya, sehingga variasi pola tingkah laku Manusia sangat besar diversitasnya dan unik bagi setiap manusia.
Jadi “Kepribadian” dalam konteks yang lebih mendalam adalah “susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seorang individu”.
II.5.2. Unsur-unsur Kepribadian
Ada beberapa unsur-unsur dari kepribadian. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa orang yang sadar. Dalam alam sekitar manusia terdapat berbagai hal yang diterimanya melalui panca inderanya yang masuk kedalam berbagi sel di bagian-bagian tertentu dari otaknya. Dan didalam otak tersebutlah semuanya diproses menjadi susunan yang dipancarkan oleh individu kealam sekitar. Dan dalam Antropologi dikenal sebagai “persepsi” yaitu; “seluruh proses akal manusia yang sadar”.
Ada kalanya suatu persepsi yang diproyeksikan kembali menjadi suatu penggambaran berfokus tentang lingkungan yang mengandung bagian-bagian. Penggambaran yang terfokus secara lebih intensif yang terjadi karena pemustan secara lebih intensif di dalam pandangan psikologi biasanya disebut dengan “Pengamatan”.
Penggambaran tentang lingkungan dengan fokus pada bagian-bagian yang paling menarik perhatianya seringkali diolah oleh sutu proses dalam aklanya yang menghubungkannya dengan berbagai penggambaran lain yang sejenisnya yang sebelumnya pernah diterima dan diproyeksikan oleh akalnya, dan kemudian muncul kembali sebagai kenangan.
Dan penggambaran yang baru dengan pengertian baru dalam istilah psikologi disebut “Apersepsi”.
Penggabungan dan membandingkan-bandingkan bagian-bagian dari suatu penggambaran dengan bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain yang sejenis secara konsisten berdasarkan asas-asas tertentu. Dengan proses kemampuan untuk membentuk suatu penggambaran baru yang abstrak, yang dalam kenyataanya tidak mirip dengan salah satu dari sekian macam bahan konkret dari penggambaran yang baru.
Dengan demikian manusia dapat membuat suatu penggambaran tentang tempat-tempat tertentu di muka bumi, padahal ia belum pernah melihat atau mempersepsikan tempat-tempat tersebut. Penggambaran abstrak tadi dalam ilmu-ilmu sosial disebut dengan “Konsep”.
Cara pengamatan yang menyebabkan bahwa penggambaran tentang lingkungan mungkin ada yang ditambah-tambah atau dibesar-besarkan, tetapi ada pula yang dikurangi atau diperkecil pada bagian-bagian tertentu. Dan ada pula yang digabung dengan penggambaran-pengambaran lain sehingga menjadi penggambaran yang baru sama sekali, yang sebenarnya tidak nyata.
Dan penggambaran baru yang seringkali tidak realistic dalam Psikologi disebut dengan “Fantasi”.
Seluruh penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi merupakan unsur-unsur pengetahuan yang secara sadar dimiliki seorang Individu.
2. Perasaan
Selain pengetahuan, alam kesadaran manusia juga mengandung berbagai macam perasaan. Sebaliknya, dapat juga digambarkan seorang individu yang melihat suatu hal yang buruk atau mendengar suara yang tidak menyenangkan. Persepsi-persepsi seperti itu dapat menimbulkan dalam kesadaranya perasaan negatif.
“Perasaan”, disamping segala macam pengetahuan agaknya juga mengisi alam kesadaran manusia setiap saat dalam hidupnya. “Perasaan” adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengetahuannya dinilai sebagai keadan yang positif atau negative.
3. Dorongan Naluri
Kesadaran manusia mengandung berbagi perasaan berbagi perasaan lain yang tidak ditimbulkan karena diperanguhi oleh pengeathuannya, tetapi karena memang sudah terkandung di dalam organismenya, khususnya dalam gennya, sebagai naluri. Dan kemauan yang sudah merupakan naluri disebut “Dorongan”.